Arsip Blog

Rabu, 10 Juni 2020

💕Virus Merah Jambu💕

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡

Virus Merah Jambu atau Cinta adalah sebuah naluri/hawa nafsu yang manusiawi. Bahkan islam mengajarkan untuk saling menyayangi sesama muslim/muslimah. Islam mengajarkan sebuah kedamaian dan kelembutan hati yang tiada benci. Jadi bukan hal yang aneh ketika benih-benih cinta itu tumbuh dalam diri kita. Hanya saja kita perlu tau, bagaimana kita sebagai muslimah ini mengatasinya.

Nah… permasalahannya sekarang, banyak muslimah-muslimah yang sedang beranjak remaja terjangkit virus merah jambu ini dan bingung cara mengatasinya. Apa obatnya? Udah kaya corona aja, nggak kelihatan tapi cepat menyebar dan obatnya masih terus dicari-cari.
Sebenarnya obat virus merah jambu ini sudah ditemukan obat penawarnya, yaitu:
> Dzikir (Ingatlah Allah Dalam Setiap Hela Nafas)
> Perbanyak Istighfar
> Puasa, karena makna puasa bukan hanya menahan lapar tapi menahan hawa nafsu.
> Berteman dengan teman yang bisa saling mengingatkan ketika kita salah jalan
> Menikahlah jika sudah merasa mampu

Hukum Mencintai Lawan Jenis 💞
Terkadang kita was² ya ketika di serang virus merah jambu. Apalagi yang baru mengalami untuk pertama kalinya. Khawatir perasaan itu melenceng dari syariat Islam. Perlu diketahui bahwa, jatuh cinta atau menyukai lawan jenis itu merupakan sebuah sifat manusiawi yang alami dan merupakan fitrah. Ia bisa menjadi karunia yang membawa pada derajat kemuliaan, tapi bisa juga membawa kita pada kehancuran dunia akhirat.

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita, … " (QS. Ali Imran: 14).

Kemudian jika mencintai seorang lelaki, maka lihatlah dari sudut pandang bagaimana kita mencintai Rosulullah, Keluarganya & Para sahabatnya. Disitu tidak ada rasa cinta yang dalam hingga ingin memiliki seutuhnya, tapi kita mencintainya sebagai sesama muslim, dan sebagai suri tauladan. Jangan mudah menjatuhkan hati pada setiap lelaki hanya karena paras dan sekilas mata melihatnya sholeh . Belajarlah mencintai dengan mendalami rasa cinta kita terhadap Rosulullah.

Boleh nggak kita berharap lebih terhadap lawan jenis? terlalu berharap itu salah namanya, yang berlebihan itu tidak baik kan. Coba nih kamu makan berlebihan nasi nya bagaimana dengan perutnya?Sakit kan akan muntah begitupun dengan hal itu... boleh mengagumi boleh berharap tapi jangan berlebihan.. supaya tidak terlalu berharap yakin aja kalau jodoh dia pasti akan menjadi milikmu dan jika tidak, bukannya Allah tidak ingin menjawab doamu tapi ada laki laki yang secara diam diam telah banyak berdoa meminta kamu untuk nya.

Jadi, pada dasarnya tidak ada larangan mencintai lawan jenis. Yang dilarang adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelum sah menjadi pasutri. Salah menyikapi cinta yang di anugerahkan oleh Allah, akan membawamu pada kesesatan yang nyata.

🌼ANTARA MENCINTAI DAN MENGAGUMI🌼

Jadi Antara Mencintai dan Mengagumi
Tidak semua orang mencintai kita dan tidak semua orang mengagumi kita. Yang mencintai mu bisa saja lebih dicintai orang lain dan yang mengagumimu bisa saja lebih dikagumi orang lain. Apapun itu bentuknya, intinya sama bahwa dengan semua itu hidup kita akan terasa lebih bermakna.

Gini terkadang dari hal kecil yang kita abaikan merupakan hal besar yang tak ingin dilupakan orang lain disepanjang hidupnya meski kamu telah melupakannya. Mencintai dengan wajar dan Mengagumi dengan wajar... kebahagiaan dari dua rasa itu akan unik membawamu dalam hidup penuh warna.

Lalu apa Perbedaan Antara Mencintai dan Mengagumi :
Perbedaan nya adalah👇
ketika kamu mencintai seseorang, waktu yang kamu habiskan dengannya merupakan bahagia yang tak terlukis.
Ketika kamu mengagumi seseorang, waktu yang kamu habiskan dengannya merupakan bahagia yang bisa terucap.

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang cintamu akan kamu simpan dalam hati dan kamu rela menunggunya selamanya.
Ketika kamu mengagumi seseorang, kekaguamanmu akan tetap hidup sampai waktu yang kamu sendiri tak mengetahuinya dan kamu tak perlu menunggu untuk kekaguman itu.

Ketika kamu mencintai seseorang, air matamu akan berlinang ketika dia meninggalkanmu.
Ketika kamu mengagumi seseorang, kecewamu yang mengalir deras ketika dia meninggalkanmu.

Ketika kamu mencintai seseorang, dia bisa menjadi seseorang yang segalanya bagimu.
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia telah menjadi pintu untuk membuka duniamu yang tersembunyi.

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang kamu tak peduli dengan sikapnya. Yang kamu tahu kamu mencintainya.
Ketika kamu mengagumi seseorang, kadang kamu tak peduli dengan sikapnya. Yang kamu tahu kamu mengaguminya.

Ketika kamu mencintai seseorang, dia terlintas dipikiranmu karena kamu menyukainya.
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia terlintas dipikiranmu karena kamu ingin tahu apa, bagaimana dan seperti apa jalan dan pandangan baik darinya yang ingin kamu ikuti.

Ketika kamu mencintai seseorang, dia telah menjadi salah satu alasan mengapa kamu bertahan.
Ketika kamu mengagumi seseorang, dia telah menjadi salah satu alasan mengapa kamu memiliki semangat.

Ketika kamu mencintai seseorang, kadang seseorang itu menghindarimu agar kamu tak terluka meski dia tahu cintamu tak harus milikinya.
Ketika kamu mengagumi seseorang, kadang seseorang itu menghindarimu agar kamu tak jatuh cinta padanya meski dia tahu rasamu tak selalu berujung cinta atau mungkin dia takut jatuh hati padamu.

Rasa cinta kepada Allah harus yang paling besar dan paling banyak. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan Dzat yang tidak ada bandingannya. Bentuk kecintaan kita kepada Allah tentu adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.  Seperti Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada surat Az- Zariyat ayat 56 berikut :
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ْتُ الْجِÙ†َّ ÙˆَالْØ¥ِÙ†ْسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Bentuk ibadah kepada Allah yang bisa kita lakukan adalah melaksanakan ibadah sholat, menjalankan puasa, melaksanakan ibadah haji, dan masih banyak ibadah lainnya yang disyariatkan oleh Agama Islam
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Pertama-tama, wajib bagi setiap hamba mencintai Allah dan ini merupakan bentuk ibadah yang paling agung. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
ÙˆَالَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ø£َØ´َدُّ Ø­ُبًّا Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ
“Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” [Al-Baqarah:165]

Dan Jalan terbaik untuk memperjuangkan cinta ialah menghubungi wali dan menyampaikan perasaan secara baik baik, dan segera melamar serta menikahi orang dicinta tersebut. tidak masalah yang melamar laki laki atau perempuan sebab hukum wanita melamar lelaki dalam islam juga diperbolehkan. Hal itu jauh lebih baik daripada zina. Seperti yang tertera dalam firman Allah SWT dalam QS An Nur ayat 32 yang artinya :

“Dan nikahilah orang yang masih membujang diantara kamu dan juga orang orang yang layak menikah dari hamba hamba sahaya mu yang laki laki dan perempuan. Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia Nya dan Allah maha luas pemberian Nya.

JATUH CINTA DAN MENCINTAI🥀
Kebanyakan orang menganggap bahwa jatuh cinta itu sama dengan mencintai. Padahal keduanya memiliki makna yang berbeda ketika kita mengatakan aku jatuh cinta padanya & aku mencintainya.

Saat kita  jatuh cinta , kita berhasrat ingin memiliki dan dimiliki. Tapi ketika hati kita tulus mencintai , melihatnya bahagia tanpa harus memilikinya sudah membuat kita merasa cukup. Karena Cinta yang sesungguhnya bukan semata-mata hasrat ingin memiliki dan dimiliki. Tapi, sebuah ketulusan hati dalam meluapkan rasa yang biasa di ungkapkan dengan "Cinta tak harus memiliki".
Hmm yang bacanya sambil senyum-senyum… pasti lagi ngalamin hal yang sama tapi sulit mengungkapkannya, ya kaan…

KAGUM DAN MENGAGUMI🥀
Kagum adalah rasa takjub terhadap sesuatu dan sifatnya sesaat, sedangkan mengagumi memiliki makna yang lebih dalam dan tidak terukur waktu. Seseorang yang kagum terhadap sesuatu akan merasa sangat puas ketika melihatnya. Misal lihat Ustad muda di Tv lagi tausiah, muncul rasa kagum… "Maasya Allah, masih muda, ganteng, sholeh lagi, ustad udah ada istrinya belom ya…"
Atau kagum saat melihat keindahan alam.
Ini hanya sekedar kagum dan terasa ringan di hati.
Beda lagi kalau kita sudah mengagumi seseorang. Kita bisa sampai stalking seputar kehidupannya, dan menyukai apa yang doi sukai. Misal, Kita mengagumi khalifah umar, kita akan senantiasa mencari-cari riwayat kehidupannya bahkan ketika beliau sudah wafat sekalipun. Kita mencoba meneladani & meniru sifat mulianya dan membanggakannya diantara teman² kita.
Sekian pembahasan nya mengenai virus merah jambu 🥰
Selamat membaca..😊

السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡ُ

Rabu, 24 Agustus 2016

Pahami betul metafor yang digunakan, agar tidak terjebak pada makna-makna simbolnya.

Shurah (Citra) Muhammad adalah tajalli al Haq dengan nama-Nya al Mannan (Yang memberi nikmat). Darinya al Haq menciptakan surga-surga, kemudian Dia bertajalli dengan nama-Nya al-Lathiif (Yang lemah lembut). Yang dijadikan tempat bagi segenap manusia mulia dan insan-insan yang dimuliakan oleh-Nya. Surga itu terbagi atas delapan tingkatan, setiap tingkat memiliki taman-taman surga yang banyak sekali, setiap taman memiliki tingkatan yang tidak terbilang jumlahnya.

  • Tingkat Pertama :
Surga Salaam, surga ini dinamakan juga surga al Mujazah (balasan), al Haq menciptakan pintu surga ini dari amal shaleh (laku kabaikan), di dalamnya Dia bertajalli dengan nama-Nya al-Hasiib (Yang menghitung-hitung). Penghuni surga ini murni karena perolehan pahala dari laku kebaikan, sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Orang seorang tidak akan masuk surga dengan amalnya, adalah beliau maksudkan khusus untuk surga Mawahib (pemberian), adapun surga al-Mujazah, untuk memasukinya adalah dengan amal-amal shaleh (perbuatan baik), terkait dengan hak penghuni surga ini al-Haq berfirman : Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.s. an Najm 53 : 39 – 41). Dengan demikian tidak seorangpun bisa memasuki surga ini, kecuali dengan amal (perbuatan) baik. Semantis logikanya barang siapa yang tidak berbuat amal shaleh, tidak akan bisa memasukinya. Surga ini juga dinamakan al-Yusrah, al-Haq berfirman : Adapun orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, dan bertaqwa. Dan membenarkan adanya pahala yang baik. Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Q.s. al Lail 92 : 5 – 7) maksudnya adalah laku perbuatan yang sedikit, tapi diterima oleh-Nya, keterkabulan itu membuat pelakunya dimudahkan memasuki surga.

  • Tingkat Kedua :
Surga Khuldi atau surga al Makasib (perolehan). Perbedaan antara surga al Mujazah dan surga al Makasib. Surga al Mujazah terkait dengan kadar perbuatan baik yang membuahkan balasan dari-Nya, sedang surga al Makasib merupakan keberuntungan murni, karena surga ini produk daripada aqidah (keyakinan) dan prasangka baik kepada al Haq. Esensinya surga balasan hasil kerja fisik sedang surga perolehan murni karena pemberian tanpa kerja fisik, al Haq menampakkan diri-Nya kepada penghuni surga ini dengan nama-Nya al Badi’ (Yang menjadikan). Dia tampakkan diri-Nya kepada para pemeluk keyakinan yang lurus dan benar yang tidak menciptakan bid’ah-bid’ah ketuhanan. Pintu surga ini terbuat dari aqidah yang benar dan prasangka baik kepada al Haq, serta Rajaa’ (Harapan) kepada-Nya, tidak akan bisa masuk surga ini kecuali mereka yang terkait dengan ketiga hal tersebut. Surga ini dinamakan dengan al Makasib, sebab lawan dari perolehan adalah kerugian, yang disebabkan oleh prasangka buruk kepada al Haq, Dia berfiman :
" Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orangyang merugi. " (Q.s. Fushshilaat 41 : 23) Insan yang mentradisikan prasangka buruk kepada al Haq, akan terjerembab ke dalam api kerugian tak bertepi, sedangkan orang yang mentradisikan prasangka baik kepada al Haq, akan menjadi penghuni surga al Makasib.

  • Tingkat Ketiga:
Surga Mawahib (pemberian). Ketahuilah pemberian al Haq tidak berpenghabisan, Dia Maha Memberi, kadang pemberian-Nya jamak lebih banyak kepada hamba yang tiada beramal dan tidak berkeyakinan, ketimbang kepada hamba-Nya yang beramal dan berkeyakinan, ada hikmah berserak dibalik realita tersebut, yang patut direnungkan. Dalam surga ini terdapat para pemeluk setiap agama, dan jenis manusia dari berbagai bangsa dari anak cucu Adam as, mereka yang memasuki surga ini akan tampak dihadapan mereka nama-Nya al Wahhab (Yang memberi). Tidak ada satupun yang memasuki surga ini, kecuali atas pemberian al Haq, dialah sejatinya surga yang disabdakan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , " Surga itu tiada satupun yang bisa masuk karena amalnya ". Para sahabat bertanya, " sampai engkau sekalipun wahai rasul,?" Rasul saw menjawab " bahkan aku sendiripun tidak bisa, kecuali orang-orang yang beroleh rahmat pemberian-Nya," surga ini paling luas dari surga-surga yang ada, surga ini pula sejatinya dari firman-Nya, Rahmat Ku, meliputi segala sesuatu, tidak ada satupun yang mampu menjangkau rahasia dibalik kehendak pemberian-Nya, kepada mereka-mereka yang dimasukkan ke dalam surga ini sejalan dengan kehendak-Nya. Bahkan akal dan estimasi tidak akan mampu menakarnya, siapa saja yang akan beroleh nikmat pemberian-Nya dimasukkan surga ini, karena hal itu murni hak preogratif al Haq, akal dan estimasi manusia tidak mampu menakarnya. Warta ketuhanan mengabarkan, penghuni surga ini terdiri atas pemeluk agama-agama dari segala generasi (kurun) dari berbagai bangsa yang ada dalam makro kosmos, bukan semua pemeluknya tapi sebagian pemeluk agama-agama tersebut, ini jelas berbeda dengan surga al Mujazah yang dikhususkan bagi insan-insan pelaku amal shaleh. Surga al Makasib disebut surga terluas, karena tiket masuknya adalah al Ribh (keberuntungan), sedang modal keberuntungan itu diperoleh dengan prasangka baik kepada al Haq, dan kelurusan aqidah, surga ini (al Mawahib) adalah yang terluas dari surga-surga yang ada. Surga inilah sejatinya yang disebut dalam firman Qur’ani dengan al Ma’wah. al Haq berfirman : “Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Qs. as Sajdah 32 : 19). Penyebutan surga dengan redaksi tempat kediaman bukan balasan, sebagai bentuk pewartaan bahwasanya Dia memasukkan mereka ke surga pemberian, bukan surga balasan ataupun surga perolehan. Proses penurunan mereka ke surga itu adalah dengan prosedur ketuhanan yang diatur dalam pundi-pundi rahasia al Haq. Kasih pemberian dan apresiasi-Nya tidak terbatas melalui laku kebaikan, terlebih hanya dikhususkan bagi pelaku kebaikan saja, Pahami ini dengan jeli dan betul !.
  • Tingkatan Keempat:
Surga al Istihqoq (kepemilikan), Surga al Na’im (kenikmatan), Surga al Fitroh (fitrah). Surga ini bukan merupakan balasan atau pemberian, surga ini diperuntukkan bagi orang-orang khusus, yang eksis pada ketentuan hakiki kodrat penciptaan mereka karenanya surga ini merupakan hak dan milik asli insan-insan yang pergi dari alam dunia ini sedang ruh mereka tetap pada fitrah penciptaan dasar, surga ini juga milik mereka yang menjalani kehidupan transendental sepanjang umurnya di dunia ini, sementara ruh mereka dalam naungan fitrah, yakni mereka adalah para Bahlul (cacat mental), anak-anak yang belum menginjak akil balig, orang-orang yang tidak waras (gila). Surga ini diperuntukkan bagi mereka-mereka yang mensucikan dirinya dengan amal shaleh, laku Mujahadah, Riyadlah, dan Mua’amalah yang baik bersama al Haq, sehingga ruh mereka terjernihkan dari kisi-kisi keburukan sifat kemanusiaan, dan kembali ke fitrah penciptaannya. Sedang fitrah dasar penciptaan manusia itu seperti yang difirmankan al Haq. “Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.s. at Tiin 95 : 4) namun ketika manusia mengotori dirinya,” Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. (Q.s. at Tiin 95 : 5), sedangkan manusia-manusia yang mensucikan dirinya, merekalah itulah yang diapresiasikan al Haq dalam firman-Nya,” Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh : maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (Q.s. at Tiin 95 : 6). Surga ini dinamakan surga kepemilikan, karena mereka memang berhak masuk kedalamnya, tanpa proses, ganjaran, pemberian, perolehan dari laku amal kebaikan. Manusia-manusia yang mensucikan jiwa mereka hingga bisa kembali ke fitrah penciptaan, itulah yang disebut al Abraar, (para pembakti) al Haq berfirman : “Sesungguhnya orang-orang banyak berbakti, benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan”. (Q.s. al Infithaar 82 : 4) makna yang tersirat dari ayat ini adalah, bahwasanya al Haq bertajalli kepada para penghuni surga ini dengan nama-Nya al Haq, mereka yang tidak mensucikan fitrah penciptaannya, tidak berhak memasuki surga ini. Mereka yang berusaha mensucikan jiwanya lantas dipanggil keharibaan-Nya, ia berhak memasuki surga ini, diantara penghuninya ada juga insan yang telah dimasukkan neraka-Nya, hingga dosa-dosanya tersterilkan, dan kembali ke fitrahnya, setelah itu al Haq memasukkannya ke dalam surga ini. Atap surga ini bernama Arsy, berbeda dengan atap-atap surga sebelumnya, surga al A’lah atapnya bernama al Adna, surga Salaam atapnya bernama Khuldi, sedangkan surga Khuldi atapnya bernama surga al Ma’wah, adapun surga Ma’wah atapnya bernama surga al Istihqoq, surga al Fitrah atau surga al Na’im atapnya adalah Arsy.

  • Tingkatan Kelima:
Surga Firdaus, ia adalah surga makrifat, buminya membentang luas tak bertepi, semakin tinggi penghuninya mendaki semakin mengerucut keluasannya, bahkan puncaknya lebih kecil dibandingkan lubang jarum, tidak ada pepohonan, sungai, istana, bidadari, kecuali jika sang penghuni melihat ke surga di tingkatan bawahnya, jika mereka menginginkan kenikmatan surgawi itu ia bisa turun ke surga ditingkat bawah. Di surga makrifah ini tidak didapati bidadari, para muda tampan atau istana-istana surgawi, surga ini berada didepan pintu Arsy, penghuni surga ini selalu Musyahadah (dalam nuansa penyaksian), karena penghuninya merupakan para penyaksi, yakni penyaksi keagungan dan keindahan, serta kebagusan serta kasih kebaikan Ilahiyah (ketuhanan), mereka gugur dalam naungan rasa kasih cinta dijalan al Haq, dan Dia mencintai mereka, para penghuni surga ini adalah para pecinta al Haq yang gugur dengan pedang fana’ (ekstase) atas nasfsu-nafsu diri mereka, sehingga tidak menyaksikan kecuali kekasih sejati (al Haq) mereka. Surga ini dinamakan pula dengan surga’ Wasilah’ (penghubung) karena makrifah merupakan penghubung antara orang yang arif dengan yang dimakrifahi Dia-lah al Haq, penghuni surga ini paling sedikit dibanding surga-surga lainnya, demikian halnya semakin tinggi dakian surga ini semakin sedikit pula penghuni puncaknya.

  • Tingkat Keenam:
Surga Fadhilah (Keutamaan). Penghuninya adalah para Shidiqin (insan-insan yang mentradisikan kebenaran dan kelurusan), al Haq memberi apresiasi yang tinggi kepada mereka dan menempatkan mereka di Sisi Tuhan Yang Berkuasa, surga ini disebut surga asma (nama-nama)-Nya, yang terhamparkan diatas tingkatan-tingkatan Arsy, penghuninya lebih sedikit ketimbang surga Firdaus atau Makrifat, namun kedudukannya paling tinggi dihadapan al Haq, karenanya penghuninya disebut penikmat kelezatan Ilahiyah (ketuhanan).

  • Tingkat Ketujuh :
Dinamakan surga al Darajah al Rafi’ah (tingkatan tinggi). la merupakan surga sifat-sifat-Nya dari dimensi nama-nama-Nya, ia surga dzat-Nya dari dimensi bentuk, buminya adalah dasar Arsy, penghuninya disebut ahli hakekat dan ahli makrifah hakekat-hakekat ke-Tuhan-an, penghuninya paling sedikit dibanding surga-surga-Nya yang lain, penghuninya merupakan al Muqorrobin (insan-insan paling dekat) dengan al Haq dan para khalifah (pengganti) ketuhanan. Mereka adalah insan-insan yang menyembunyikan diri dan memiliki hasrat kuat dalam mengarungi samudera kehakikian al Haq. Dalam pengembaraan ruhiyah ku, aku melihat Ibrahim al Kholil (sang terkasih) berdiri disebelah kanan surga ini, melihat ke arah tengah, aku melihat komunitas para rasul dan nabi serta para kekasih Allah (wali), di sebelah kiri surga ini, mereka memfokuskan perhatian mereka ke arah tengah surga ini, aku melihat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di tengah-tengah surga ini, sambil mengarahkan pandangan ke tiang pancang Arsy, memohon keharibaan-Nya maqom Mahmud (kedudukan mulia) dan al Haq mengabulkan permohonan baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

  • Tingkat Kedelapan :
Dinamakan surga Maqom Mahmud (Kedudukan Mulia). Ia merupakan surga dzat, buminya dari atap Arsy, yang tiada seorangpun bisa sampai kepadanya, setiap penghuni surga ini berusaha bisa Wushul (sampai) ke atap Arsy ini, sebagian orang berasumsi surga ini ditegakkan hanya dengan hakekat asma-Nya, prediksi mereka tidaklah salah, surga ini diperuntukkan bagi Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , sejalan dengan sabdanya dalam sebuah hadist “Sesungguhnya Maqom Mahmud, merupakan tempat tertinggi di dalam surga, ia diperuntukkan hanya untuk satu orang saja, aku berharap satu-satunya orang itu adalah diriku”. al Haq lantas mewartakan bahwasanya Dia mengabulkan permintaan Muhammad saw tersebut, dan mengkhususkan surga untuk beliau seorang. Kita wajib percaya dengan sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut, Dan tiadalah yang dia ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (Q.s. an Najm 53 : 4 – 5) Bahwa al Haq menciptakan dari citra Muhammad ini surga yang multi kenikmatan bagi para mukminin dan neraka dengan ragam siksa yang ada di dalamnya, al Haq juga menciptakan dari citra Muhammad ini citra Adam, sebagai bentuk duplikat dari citra Muhammad tersebut, ketika Adam diusir dari surga-Nya, maka terpisah pula citra dirinya, karena keterpisahannya dengan alam ruh. Pahamilah ketika Adam berada disurga, eksistensi fisiknya belum diwujudkan secara Lahiriyah seperti tubuh yg digunakan didalam dunia, ia hanya di-ada-kan al Haq dalam bentuk rasa, karenanya orang seorang tidak akan bisa memasuki surga-Nya, kecuali bila ia bisa menemukan rasa fitri-nya, ketika Adam diusir ke bumi rasa fitri-nya tetap tinggal di surga, karena kehidupan-nya di surga bercitrakan rasa yang lahir dari nafs-nya, sedang kehidupannya di dunia bercitrakan ruh, ia bakal mati kecuali yang dikekalkan al Haq, melihat kepada-Nya dengan pandangan dzat-Nya, hak-hak-Nya, sifat-sifat-Nya dan asma-asma-Nya. Nasibnya dalam kehidupan dunia ini bercitrakan Qudrah al Haq yang menentukan wajah kehidupannya di kampung akhirat, al Haq tidak memberi citra kepada nafs (jiwa) hamba-Nya, kecuali dalam ‘rasa’



  • Tingkat Kesembilan :
Disebut surga Musyahadah ( Memandang Wajah Allah ” Kadzuljalali Wal Ikram “ )